Anda tahu dengan singkong ? Pastinya. Jenis ubi batang yang mempunyai nilai karbohidrat yang tinggi. Tapi bukan itu maksud dari tujuan saya disini. Istilah tanaman tersebut lah maksudnya.
Kalo kenal dengan singkong. Tentu tidak asing dengan istilah “anak singkong” istilah yang digunakan dalam menerangkan sesosok pribadi yang kuno dan asing dari pergaulan moderen, dengan istilah singkat diartikan sebagai “ANAK KAMPUNG”. Mungkin melirik dari popularitas dan lazimnya makanan ubi yang satu ini biasa di konsumsi oleh orang-orang kampung.
Jika anda tidak kenal dengan anak singkong, pastinya saya lah salah satunya. Anak yang dibesarkan dan tumbuh besar di lingkungan kumuh nan ceria, kotor namun penuh canda tawa dan impian, entah lazim atau tidak di kalangan anak singkong, saya coba mulai membuka mata untuk dunia luar, memahami tajamnya tombak persaingan, dan menyentuh kasarnya pergaulan.
#Walhamdulillah disini saya masi bisa berdiri dan tegak tanpa goyah di hempas semua halang rintang tersebut. Hingga saya mulai berkata. Inilah duniaku man luas. Entah energi apa yang merasuki pemikiran si anak singkong ini.
Dikampung dulu, kami Main bersama, mengembala, sekolah dan banyak yang lainnya. Namun naluri yang tertanam dalam diri saya tak entah sama atau tidak dengan teman singkong lainnya. Pikir saya “Kenapa kebanyakan orang-orang sukses yang nongol di tivi hanya dari kalangan orang-orang kota? Apa yang menyebabkan mereka bisa maju. Apa yang salah dengan kemampuan dan hak kami untuk maju,?” Ahirnya saya menyimpulkan bahwa untuk maju tak mungkin duduk sembilu menunggu waktu. Tapi harus BANGKIT.
Satu istilah yang saya pegang, “ANAK SINGKONG BUKAN BERARTI GAK BOLEH NGOMONG” yang mempunyai banyak devnisi tersendiri bagi saya. Anak kampung kenapa tak bisa dan tak boleh maju. Anak kampung kenapa tak bisa dan tak boleh angkat biasa. Anak kampung kenapa tak bisa dan tak boleh untuk bermimpi. Anak kampung kenapa tak bisa dan tak boleh berkreasi.
Dan masi banyak uraian dari sebaris kata tersebut bagi saya. Semangat bukan tak mungkin tumbuh dari penatnya kehidupan nan hina. Kesuksesan bukan tak mungkin datang dari bibit singkong yang kumuh. Sedagkan rasio kemungkinan bisa terukur dari jumlah keyakinan, usaha dan doa.
Sekarang, apa lagi yang membungkam mulut kita wahai kaum kecil. Kesuksesan bukan diukur dari besar atau kecilnya nilai materil saja.
SO. . . . . #MARI BERMIMPI wahai anak singkong 🙂 🙂